REFORMASI SETENGAH HATI

Sepuluh tahun hampir berlalu dari gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa era 98. harapan baru pada saat itu terletak saat lengsernya sang penguasa negeri Soeharto yang berkuasa selama hamper 32 tahun di negeri ini. Era 98 menandakan kebangkitan Indonesia kearah yang lebih baik. Meski pada praktiknya saat ini belum secara keseluruhan agenda reformasi terlaksana. Bahkan lebih ekstrim lagi agenda reformasi terhenti sesaat. Dengung reformasi seolah berakhir ketika Soeharto meletakan jabatanya sebagai presiden RI. Beberapa saat setelah itu, persatuan mahasiswa sebagai penggerak reformasi seolah lenyap ditelan bumi. Berbagai kepentingan menyeruak memecah belah kepentingan mahasiswa sehingga pengawalan reformasi tidak berjalan sesuai harapan.
Kelatahan reformasi sebenarnya menyentuh semua lini. Perubahan perubahan seolah menjadi hal yang sangat biasa. Sebagai contoh perubahan nama ABRI menjadi TNI, pemisahan Polri dari TNI, perubahan nama departemen, perubahan status daerah, serta banyak lagi perubahan yang terjadi di negeri ini pasca reformasi. Namun pada kenyataanya perubahan nama tidak diikuti oleh perubahan system didalamnya. Sebagai bukti saat ini masih banyak sekali korupsi terjadi, tidak tanggung-tanggung korupsi dilakukan secara berjamaah alias bersama-sama. Tidak hanya dilakukan oleh para pejabat teras saja, korupsi sudah merambah kepada birokrasi terkecil di negeri ini yaitu RT, RW, Desa Kecamatan dan semua jajarannya. Bagaimana mungkin budaya korupsi ini seolah sudah merajalela dan yang tidak korup diangap tidak gaul.
Memang pemerintah membentuk KPK (komisi pemberantas Korupsi), sebanarnya kalo kita mau jujur, pembentukan KPK ini sebagai bentuk perwujudan ketidakpercayaan pemerintah sendiri terhadap kinerja Polri dan Kejaksaan yang memang sejak awal sudah memiliki kewenangan untuk melakukan pemberantasan terhadap korupsi. Kalau kita mau menilik sejarah sejak era Soekarno perlawanan terhadap korupssi sudah dilakukan, namun entah mengapa budaya korup tetap saja ada dan bahkan semakin merajalela.
Yang menajadi pertanyaan apakah iya cita cita reformasi menginginkan bangsa yang korup? Tentu saja semua akan serentak menjawab bukan, namun pada prakteknya semua juga melakukanya. Jika sudah seperti ini akan repot jadinya. Secara kebetulan tahun ini juga kita peringati sebagai 100 tahun kebangkitan nasional, semoga dengan semangat kebangkitan nasional ini kita mampu bengkit dari ketertindasan yang dilakukan oleh anak bangsa terhadap negerinya sendiri. Namun demikian untuk dapat merubah bangsa ini kearah yang lebih baik sesuai dengan cita-cita luhur bangsa perlu dukungan semua pihak dengan sepenuh hati tanpa basa basi.

MAJU BANGSAKU
JAYALAH INDONESIAKU

One Response to “REFORMASI SETENGAH HATI”

  1. Maren Kitatau Says:

    Salam NKRI

    Yeachk!
    Rupanya bangsa ini belum bisa merubah makna.
    Bangsa baru bisa-bisanya merubah kata ato nama.
    Merubah yg bagus jadi jelek,
    Merubah yg jelek jadi bagus.
    Ada di sini:
    http://islamabangan.wordpress.com/2009/10/13/blog-celebration-artikel-ke-100/#comment-2379

    Perubahan perubahan seolah menjadi hal yang sangat biasa. Sebagai contoh perubahan nama ABRI menjadi TNI, pemisahan Polri dari TNI, perubahan nama departemen, perubahan status daerah, serta banyak lagi perubahan yang terjadi di negeri ini pasca reformasi.

    Kurasa banyak juga yang geregetan liat lenggak-lenggok reformasi ini. Sebenarnya reformasi bergerak karena sesak mencium uap korupsi. Lalu setelah Reformasi disilahkan bergerak yang diuyak-uyak koq perubahan kata-kata di atas, bahkan kata WTS dibagusin jadi PSK, sementara KPK belakangan ditukang-tukangin sepantasnya dgn pro-kontra dan yg sekarang diuyak-uyak pula supaya mandul. Wuelehhh …! Kan?

    Salam Damai!


Leave a comment